ODF hari ini

Turun ke dusun Demping yang merupakan bagian dari Desa Jelu.  Menyaksikan pihak puskesmas yang memberikan ilmu terkait jamban kepada masyarakat desa.

Unik unik jawaban mereka kala ditanya perihal cara buang air besarnya.  Karena sebagian besar mereka memiliki kolam lele ukuran kecil. Dan disanalah mereka membuang hajatnya. Manusia nya bisa memperoleh tempat untuk buang hajat. Ikan lele nya memperoleh makanan dari hajatnya manusia tersebut.  2 manfaat sekali bertindak. Ibarat pepatah sekali mendayung dua tiga pulau terlampau.  Wkwkwk

Yah walaupun dan meskipun menurut penuturan dari pihak puskesmas itu tidak sehatlah, tidak baiklah,  dan sebagainya.  Tapi kalau mau dipikir dan direnungkan,  sebenarnya tindakan masyarakat desaku itu termasuk menunjukkan kebesaran Allah yang maha kuasa.

Karena di ilmu sains,  ilmu biologi, kita diajarkan tentang rantai makanan. Hubungan timbal balik saling makan dimakan. Dimana yang merasakan keuntungannya ialah semua pihak.  Kalau salah satu pihak mogok tidak mau menjalankan perannya, yah akibatnya malah merugikan orang lain.

Sebentar,  tulisan saya kali ini tak berniat menyalahi aturan kesehatan.  Dan entah benar atau tidaknya,  tapi ini ungkapan menurut versi saya. Murni versi saya, sebagai individu yang masih berilmu minim dan banyak salah.

Karena jujur,  kapasitas keuangan orang desa itu Bisa dikatakan pas pasan.  Adanya ya cukup untuk menyambung hidup hari ini.  Tabungan? Jangan pernah sekalipun kau tanyakan pada mereka,  asalkan mereka hari ini bisa bekerja dan makan dengan kenyang itu sudah merupakan anugerah terindah dan terbesar bagi mereka dari Allah SWT.

Jadi kalau mereka dihimbau untuk membangun jamban sendiri.  Rasanya mustahil.  Karena jamban itu masih merupakan barang tersier bagi mereka.

Yah karena obrakan dari pihak kesehatan dan kabupaten akhirnya mau tak mau desa yang harus membelikan dan membangunkan jamban untuk warga melalui APBDesa.

Sebentar,

Sekali lagi mari kita tilik kebiasaan masyarakat ku. Ditengah kondisi keuangan masyarakat desa yg tergolong pas pasan, membangun jamban adalah hal mustahil.  Masyarakat ku justru menyikapi kondisi ini dengan amat sangat kreatif.  Mereka membuat kolam kecil dibelakang rumah.  Di kolam tersebut mereka memelihara lele.  Ketika mereka buang hajat,  mereka membuangnya di kolam lele tersebut.  Hakat terselesaikan.  Lele pun menjadi kenyang.  Pas.

Kalau masyarakat ku lapar maka mereka bisa mengambil lele tersebut untuk dimasak sebagai lauk pauk.  Dan yang aku tahu dan pahami lele itu merupakan salah satu ikan.  Yang tentunya kaya akan protein dan itu artinya bagus jika dikonsumsi.

Disisi lain.  Masyarakat ku pun bisa menjual lele tersebut di pasar manakala lele tersebut telah tumbuh dan beranak pinak banyak.  Ya nggak?

Secara otomatis,  itu juga menambah pundi pundi keuangan masyarakat desa. Meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Daripada ya
Kalau mereka dipaksa bikin jamban. Dengan  kondisi keuangan mereka sebagaimana telah saya singgung diatas.
Demi bangun jamban mereka harus berhemat sedemikian rupa agar bisa beli material jamban.  Kalau mereka berhemat,  hal yang paling berpengaruh imbasnya ialah makanan mereka.

Lain halnya mereka orang kota yang kaya.  Mungkin cara berhematnya dengan tidak berfoya foya,  mengurangi shoping.  Mengurangi jatah ke salon. Yes itu orang kota. Itu orang kaya.

Tapi ini masyarakat desa,  kalau mereka disuruh hemat maka yang bisa mereka lakukan ialah perubahan pada gaya makan mereka.  Mungkin mereka harus cukup makan dengan nasi dan sambal.  Nasi dengan tempe goreng.
Ditanya gizi.  Entahlah gizi dari model mana?
Lanjut,  semisal mereka sudah punya jamban.  Mereka pun tetap harus nyari uang lagi utk memenuhi kebutuhan makan.  Sementara kalau pakai ide kreatif yang mereka buat tadi.  justru uang dan makan langsung terpenuhi hanya dalam satu langkah.

Saya tak bermaksud menyalahkan pemerintah yang membuat program odf itu. Program odf itu bagus.  Bagus sekali untuk mengubah pola hidup masyarakat yang mungkin masih buang hajat sembarangan.

Akan tetapi bagi masyarakat desa semacam desaku,  kog rasa-rasanya eman program tersebut.
Karena ada banyak hal positif yang seolah harus dipaksa menutup mata.

Melalui APBDesa, gerakan membangun jamban mulai digalakkan. Meski terseok seok selama beberapa tahun,  tahun ini desaku berkomitmen menuntaskan program odf.

Kepada naners,
Saya hanya memohon untuk membantu mendoakan agar odf desaku segera tuntas.

Comments

Mau baca yang ini gak?