Menyikapi diri terhadap gosip yang beredar

By Pixabay

Jadi ceritanya didesaku lagi heboh bin viral hesteg lurahe joko carike prawan.

Iya ini efek pilkades kemarin, dari tiga calon yang daftar pilkades, yang menang malahan si beliau yang masih joko/single/bujangan/jomblo.

Bukan kenapa kenapa, tapi ini semacam mengungkit luka lama, yakni waktu awal saya masuk kerja di desa, di tahun 2017.

Orang-orang (warga) pada heboh terkait statusku yang masih perawan. Hingga saya sempat fenomenal dengan julukan carike jek perawan. Dan selanjutnya mereka (para warga) menambah-nambahi omongan menjadi, "gak ngarah ono sing wani nyedaki nak gak lurah". Yang seolah kalau bukan kepala desa gak akan ada yang berani pdkt, melamar, apalagi ngajak nikah saya. Entah musibah atau berkah ini namanya.

Kemudian,
setahun dua tahun gosip itu lama lama pudar. Mereka tak lagi menggosipkanku meski julukan jomblo tak laku dsb masih kuterima tapi terkait statusku yang perawan aman, karena tak ikut dibawa-bawa.

Nah momen setelah pilkades kemarin (19-02-2020) julukan terkait statusku yang perawan kembali booming gegara atasanku statusnya joko alias laki-laki bujangan.

Ehh btw sebelum beliau terpilih menjadi kades sebenarnya diriku juga disangkutpautkan pas kampanye  ke rumah rumah warga, dengan gosip, "nanti kalau jadi, lurahe joko carike prawan ayo dijodohkan".

Whohoho Apa apaan ini?
Sebenarnya mau marah dan protes,  tapi sadar kalaupun bersuara saya bakal kalah saingan sama warga, jadilah saya memilih diam. Dan naasnya, kediaman saya ini diindikasi oleh warga sehingga mereka mengira kalau saya bakalan milih/nyoblos beliau, padahal aslinya ..... Wkwkkwk

Dan weoooo
Sekarang takdir menuruti omongan netijen.
Beliau beneran jadi kades. Jadilah berita booming jaman kampanye kini menjadi semakin viral.

Gak cuma di desaku, di sekolahan pas saya ngajar, di kecamatan ketika rapat, semua ngomongin ituuuu muluk. Lurah-carik dijodohkan. Sampe sampe telinga saya pusing. Bahkan di sosial media pun ikutan heboh.

Yang mana waktu itu saya memposting hasil pilkades di sosmed, eeladalah komennya malah tentang perjodohan, gak nyambung banget, tapi mereka malah tetep asyik asyik saja menjodohkan saya dengan beliau.

Jika ditanya, Sikap dan perasaan saya?
Saya B aja
Saya tidak mau jatuh cinta hanya karena jabatan.
Mereka yang bilang dijodohkan seenak udelnya tanpa berpikir perasaan saya dan beliau bagimana, ya sudahlah. Netijen mah selalu berkuasa.

Yang jelas hidup yang nentuin arahnya adalah saya atas izin Allah, bukan kehendak netijen.

Siapapun dia yang menjadi jodohku kelak,  akhlaknya harus baik, lebih lebih urusan ibadahnya kudu jempol.

Dan yang terakhir kalau boleh request minta yang bukan perokok.