Menjadi Bangsa yang Maju Tanpa Meninggalkan Hakikat Diri



Indonesia, begitulah orang menyebutnya. Negeri dengan sejuta pesona karena keberagamanannya. Keberagaman yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya. Beragam floranya. Beragam faunanya. Beragam kharakter manusianya selaku penghuninya. Karena beragam budayanya. Beragam bahasanya. Beragam sukunya. Bahkan dalam hal kepercayaan/ agama yang dianutnya pun beragam pula, ada agama islam, hindu, budha, katolik, dan lain sebagainya. Sebuah negeri yang mengusung semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ untuk mempersatukan semua penghuninya. Bhineka tunggal ika sendiri memiliki arti berbeda-beda namun tetap satu jua.
      Meski Indonesia kaya dengan segala keberagaman yang bersemayam di dalamnya, Indonesia masih tergolong ke dalam kategori negara berkembang, Dan sebagaimana telah diketahui bersama bahwasanya terdapat tiga istilah untuk menunjukkan tingkatan atau status negara. Yang pertama ada istilah negara miskin. Kedua, ada istilah negara berkembang, dan terakhir ada istilah negara maju. Istilah atau julukan negara berkembang yang melekat pada tubuh Indonesia setidaknya tidak terlalu buruk bagi Indonesia namun justru sebaliknya, harus dijadikan sebagai pemicu atau motivasi bagi Indonesia untuk  menyusul ketertinggalan yang ada dan bangkit menjadi negara maju sebagaimana telah dicontohkan oleh negara-negara tetangga yang sudah maju seperti negara singapura.
      Nah, dalam hal ini untuk mencapai kemajuan bangsa, terutama di negara Indonesia tercinta ini, langkah awal yang bisa dilakukan ialah dengan menjalin hubungan atau kerja sama yang baik dengan negara-negara yang telah maju. Hal ini sejalan dengan pepatah kuno yang mengatakan:
      ‘jika kamu bergaul dengan penjual minyak wangi maka kamu akan ketularan wanginya, namun sebaliknya jika kamu bergaul dengan maling maka lambat laun kamu akan ikut ketularan jadi maling’
      Inti atau pokok pepatah tersebut ialah pergaulan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kepribadian seseorang. Salah dalam bergaul bisa berdampak  buruk atau rusaknya pada diri seseorang. Sebaliknya jika pergaulan yang baik, sedikit-banyak akan mengarahkan seseorang tersebut ke arah kebaikan pula.
      Begitupun dalam hal ini, kerja sama (menjalin hubungan) dengan negara maju akan membuat Indonesia menjadi ketularan untuk menjadi negara maju pula. Kenapa bisa begitu?
      Contoh sederhananya seperti berikut.  Kalian ingin pandai maka bergaulah dengan teman kalian yang pandai karena jika kalian bergaul dengan mereka, maka ia akan mengajarimu caranya pandai. Dan juga kenal dengan mereka akan membuatmu tahu hal apa yang sebenarnya membuat mereka pandai, yang selanjutnya bisa kamu contoh.
Nah karena dalam hal ini, mencontoh atau meniru kebiasaan dan kebudayaan dari bangsa yang maju akan berdampak pada negara tersebut ketularan maju. Kebiasaan atau budaya yang ditiru tentunya harus budaya yang baik-baik, jangan mencontoh atau meniru budaya yang buruk. Selain itu, kebiasaan yang dicontoh juga harus difilter dengan kepribadian bangsa itu sendiri. Jangan sampai gara-gara kebanyakan mencontoh atau mengadopsi budaya dari negara lain kita malah kehilangan jati diri sendiri. Berikut ini ialah beberapa budaya yang patut dicontoh oleh bangsa Indonesia agar bisa menyusul ketertinggalan yang ada demi menjadi negara maju. Amin.
      Pertama, yang patut kita contoh dari budaya luar negeri ialah kebiasaan disiplinnya dari negara-negara maju. Mengingat  di Indonesia sendiri masih sering terjadi peremehan (tidak menghargai) waktu. Penulis sering mengamati manakala penulis mengikuti berbagai acara seperti seminar, talkshow, kuliah umum, dan sebagainya maka sebagian besar acaranya kebanyakan molor. Menurut penulis menanamkan pada diri sendiri bahwa waktu adalah uang adalah hal yang paling penting untuk dilakukan oleh manusia Indonesia. Di dalam kitab suci al qur’an bagi penganut agama islam telah dijelaskan betapa pentingnya menghargai waktu yang dibahas secara khusus dan rinci  dalam surat Al Ashar. Intinya waktu yang ada sekarang jika tidak dimanfaatkan secara maksimal maka yang ada hanya penyesalan belaka. Karena waktu tak akan pernah berulang. Detik ini tak akan pernah sama dengan detik berikutnya.
      Selanjutnya yang perlu dicontoh ialah kebiasaan kerja keras (etos kerja) dari masyarakat negara maju. Kebanyakan masyarakat Indonesia kurang begitu seriurs dalam menjalani profesinya. Hal ini bisa dilihat dari tingkah laku mereka manakala sedang bekerja, mereka berkerja sambil merokok dan ngopi. Sunguh hal yang kurang asyik untuk dipandang mata.
      Namun, naasnya orang indoseia malah salah mencontoh, mereka mencontoh  kebiasaan yang tanda kutip justru mengarah kepada keburukan misalnya saja gaya dalam hal berpakaian. Pakaian khas Indonesia yang terkenal di seluruh penjuru dunia yakni batik, justru bukan menjadi pakaian kebanggaan warga negaranya. Di sisi lain, mereka malah lebih bangga manakala mereka bisa bergaya dengan gaya ala pakaian luar negeri, seperti dengan menggunakan jeans atupun dengan menggunakan rok mini bagi perempuan.
Lagi-lagi miss konsepsi yaitu mengenai alkohol ataupun arak. Kalau di luar negeri mengonsumsi jenis minum-minuman alkohol ataupun arak  dikategorikan sebagai hal yang lumrah karena memang suasana di sana dingin sehingga keberadaan alkohol ataupun arak  sangat dibutuhkan untuk menghangatkan tubuh. Tapi di Indonesia alkohol dan arak malah digunakan untuk mabuk-mabukkan. Kesalahan seperti ini termasuk fatal karena mencontoh sesuatu yang yang seharusnya tak perlu dicontoh.
Hal yang perlu diingat mengenai mencontoh ialah kebiasaan orang Indonesia yang sudah ada dan bersifat baik tidak boleh hilang, seperti kebiasaan atau budaya ramah-tamah karena inilah ciri khas bangsa Indonesia yang harus tetap lestari. Jangan malah mengadopsi sikap acuh bangsa lain ,yang notabenenya kurang ramah.
Di akhir cerita ini, jujur, penulis kagum dengan Indonesia karena di tengah keberagaman yang melimpah ruah di negeri ini sebagaimana penulis singgung di atas, namun negeri ini masih tetap tangguh dan akan tetap berdiri (insyaAllah) akibat penghuninya yang memiliki kesadaran penuh untuk saling bersikap toleransi. Toleransi terhadap segala perbedaan yang ada di tengah-tengah keberagaman yang menyelimuti masyarakat Indonesia.  

“Tulisan ini kuikutkan lomba menulis essay dalam rangka memperingati hardiknas by muslim study”

Comments

Mau baca yang ini gak?