mangatz kawan, stop galaunya!!


Duhhh tulisan yang satu ini beneran aku banget. Solusi yang diberikan kak budi bener-bener bisa menjawab semua kegalauanku selama ini. Dan Alhamdulillah berkat pencerahan dari kak budi ini, aku semakin mantap dibuatnya untuk memandang lurus ke depan. Fighting. Terus memperbaiki kualitas dan kapasitas diri. S2 dengan beasiswa AAS. Bismillahhirohmanirrohim. Aamiin, insyaallah.
Buat para naners yang juga sedang dirundung galau antara memilih S2 atau Kerja, sempetin barang waktu sejenak deh buat baca tulisan dari kak budi di bawah ini! Semoga mendapat pencerahan juga kayak saya. hehe

Buat yang bingung mau lanjut mengejar beasiswa lanjut studi S2 atau kerja dulu:
 Hampir semua beasiswa S2 mensyaratkan pelamar memiliki pengalaman kerja. Jadi, biasanya kita bekerja sembari melamar beasiswa dan mengikuti fase seleksinya. Bukan tidak bekerja, lalu fokus ke seleksi beasiswa, karena seleksi beasiswa S2 umumnya memakan waktu 1 Tahun.

Buat yang bingung mau fokus bekerja mencari uang untuk bantu keluarga atau lanjut studi dengan beasiswa:
Uang bulanan beasiswa, terutama yang studi di luar negeri, biasanya lebih dari cukup untuk makan dan tempat tinggal kita, jadi sisanya bisa ditabung buat dikirim ke keluarga. Jumlahnya lebih besar dari gaji yang didapatkan saat kerja di Indonesia. Silahkan tanya para penerima beasiswa untuk rincinya. Jadi, tidak perlu takut kalau lanjut dengan beasiswa tidak bisa bantu keluarga, justru akan bisa bantu lebih banyak lagi.

Buat yang bingung apakah saat lulus studi S2 atau S3 nanti bakal dapat pekerjaan yang lebih baik:
Kita hanya bisa merencanakan masa depan, tetapi selalu ada hal-hal yang terjadi diluar dugaan dan perkiraan kita, karena pada dasarnya kita tidak bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa depan. Percaya saja, seiring membaiknya kualitas dan kapasitas diri, akan datang kesempatan dan masa depan yang lebih baik.
Banyak ilmu dan orang yang akan kita kenal semasa studi; network kita lebih banyak dan wawasan semakin luas. Selanjutnya, semua akan bergantung kita mau membawanya kemana di masa depan nanti.

Buat yang bingung bakal dapat jodoh atau tidak saat melanjutkan studi ke luar negeri nanti karena akan bertambah umur atau pendidikan lebih tinggi dari kebanyakkan laki-laki:
Adakah yang bisa mengontrol jodoh? Ada ingin menikah, tidak dapat. Ada yang belum ingin menikah, banyak yang melamar. Ada yang menikah, bertahan sebentar. Dan seterusnya.
Menurut saya, jodoh akan mengikuti jalur apa yang kita tekuni dalam hidup ini, karena jodoh yang didapat nanti akan selalu berkaitan dengan apa yang kita lakukan. Kalau pun jodohnya ada di jalur yang lain, ada saja cara Tuhan membuat jalur kita bertemu dengan jalur dia.

Lebih baik jemput jodoh kita dengan terus menerus memperbaiki kualitas diri, bukan dengan menyendiri dan berangan sepi.

Kawan, setiap orang yang dalam proses mengejar hal yang diimpikannya pasti akan menghadapi kebingungan dalam memilih; keraguan mengambil resiko saat mengambil keputusan. Seperti sebuah tes yang memang harus dilalui.

Karena memang ingin saja tidak cukup, tetapi harus dibuktikan seberapa keras dan besar keinginan untuk meraih sesuatu itu.


Comments

Mau baca yang ini gak?