SIM


Maaf jika judulnya dirasa kurang menarik sama sekali. Ini memang sengaja karena aku mau menyaring mana naners yang bener bener setia dan mau baca tulisanku meski judulnya amat tidak menarik. Seperti pepatah yang mengatakan don’t judge the book under the cover, pada tulisanku ini berlaku pepatah yang sama yakni don’t judge the writing under the title. Hehe

Ini tentang proses pembuatan SIM yang telah kujalani. Yang rasanya pahit, asam, manis, dan kecut. Pasalnya aku butuh waktu selama satu bulan setengah untuk bikin SIM. Dan harus bolak balik Bojonegoro-Ngasem selama 9 kali. Gokil kan? Ehh tapi jangan takut bikin SIM setelah baca tulisanku ini ya, aku tak bermaksud menakut-nakuti kalian kog. 

Sebenarnya bikin SIM itu bisa sehari jadi, namun untuk diriku yang kapasitasnya tergolong menengah kebawah makanya butuh waktu yang lama banget 

Tes SIM itu terdiri dari tes teori dan juga tes praktek. Tes teori nilai minimal untuk lulus ialah 70. Sementara tes prakteknya disuruh melewati rute lurus, zigzag, angka 8 selama 2 putaran dan belokan huruf u. Sudah cuma itu doing! Jadi kalau dalam sehari, kalian bisa melewati ujian itu semua maka bisa dipastikan SIM kalian bakal langsung jadi.

Kalau aku ujian tes tulisnya aja berkali kali, apalagi tes prakteknya nambah dobel berkali kali (hihi.. emang dasar gak tau malu). Aku mulai bikin SIM tanggal 15 Desember 2016 dan baru jadi tanggal 27 Januari 2017. Ehh sebenarnya mulai tanggal 14 Desember 2016 sih..

Tanggal 14 itu, sudah datang ke Bojonegoro, ehh ternyata salah tempat. Kami malah datangnya ke samsat. Sama bapak petugasnya disuruh ke polantas. Sesampainya di polantas, baru diomongin kalau bikin SIM harus cek kesehatan dulu. Nah ini-nih yang muter-muter lagi karena belum tahu tempatnya. Lah masalahnya dibilangin tempatnya di selatannya masjid besar. Sesampainya di sana cuma nemuin RSU Aisyah. Setelah Tanya kebeberapa pihak, akhirnya baru ketemu deh. Ternyata tempat cek kesehatan  ada dibelakang tempat makan rocket. Pantesan aja gak kelihatan dari jalan raya.  Tapi ya ada benernya juga sih kalau dikatakan terletak di selatannya masjid besar.

Setelah tes kesehatan dan bayar 20.000, balik lagi kepolantas. Sesampainya disana masih kayak tadi antrian orang bikin SIM ramai sekali, bahkan mungkin tak berkurang. Lah pas tanya orang sebelah, katanya juga disuruh Fc KTP. Temenku gak bawa Fc KTP, akhirnya harus keluar lagi untuk Fc KTP. Tapi pas mau keluar ruangan, eh malah dengar pengumuman bahwasanya koneksi internetnya sedang bermasalah jadi para pembuat SIM diminta untuk sabar. Karena hari sudah siang akhirnya kami memutuskan untuk balik pulang saja, besok saja melanjutkan ngurus SIMnya.

Tanggal 15. Sudah bawa perlengkapan yang lengkap,meliputi: surat tes kesehatan, Fc KTP dan juga map biru. Ramainya pembuatan SIM masih sama kayak kemarin. Ngisi data, identifikasi (pas identifikasi ini selain disuruh sidik jari ternyata langsung di foto), padahal menurut penuturan teman yang sudah bikin SIM duluan ‘fotonya nunggu kalau kita sudah berhasil melewati tahapan ujian SIMnya’. Setelah identifikasi kami langsung cus tes teori. Nah ini nih. Gegara aku nebeng temenku untuk ngurus SIM dan dia minta diberi contekan kalau urusan tes teori, akhirnya mau tak mau aku harus memberinya contekan. Mana, ternyata ujiannnya pakai komputer, sistemnya online, dan tiap orang diberi headset sendiri-sendiri. Intinya tuh, loh gk bakalan bisa contekan. Hidup dan mati lo di tangan loh sendiri. Tapi sebenarnya soalnya juga gampang karena hanya memilih jawaban yang benar atau salah. 
Kala itu gagal tes teori, karena aku sudah riwuh antara konsentrasi mau ngerjakan sama harus ngasih contekan. Akhirnya aku gak lolos tes yang ini. Nilaiku cuma 17 kalau gak salah. Dan berdasarkan ketentuan yang berlaku, kalau ngurus SIMnya hari kamis, maka kami harus balik lagi untuk ngurus di hari yang sama dan itu artinya kamis depan

Tanggal 22 kami balik lagi ke polantas. Langsung tes teori. Alhamdulillah kali ini aku lolos. Karena sudah janjian sama temenku kalau aku gak bakal ngasih dia contekan agar aku bisa konsentrasi dan bisa segera lolos. Dan benar saja aku bisa lolos, meski nilaiku juga tidak bagus-bagus amat, yakni 77. Next ternyata langsung disuruh tes praktek bagi yang udah lulus tes teori. Maklum, sebelumnya aku belum nyoba satu kalipun untuk masalah tes praktek ini. Alhasil, tes praktek sampai di zigzag aku udah jatuhin banyak patok. Oiya dalam tes praktek ini hanya diberi 2 kesempatan untuk mengulang. Pas putaran pertama, baru sampai seperempat zigzag udah roboh patoknya. Pas putaran ke dua udah mau berhasih, tapi mas tinggal keluar ehh malah nyenggol dan akhirnya patoknya jatuh deh.

Tanggal 29 desember,
Ini tes praktek kedua ku. Tapi aku juga gagal lagi karena baru masuk ke angka 8 sedikit saja, aku udah takut rubuh sehingga spontan saja kakiku menahan. Dan tau sendiri kan? kalau kaki kena tanah sedikit saja maka itu sudah dianggap gagal.

Tanggal 5 januari
Yang ini juga masih gagal lagi
Masih sama kendalanya di angka 8. Kakiku kembali menahanku agar tak rubuh. Padahal jika keseimbangan tubuhku bisa dijaga sedikit saja dan rasa takutku bisa kukendalikan maka sebenarnya aku juga tak akan rubuh. Aku nya saja yang terlalu penakut.

Tanggal 12,
Ini harus ngulang lagi untuk tes teori. Mana antriannya panjnag banget lagi, tes teoriku nilainya 94. Tapi pas mau tes prakteknya. Sempet mau ke SMT dulu untuk latihan, ehh udah dibela belain nyampe kesana malah pas tanya satpam katanya disini gak ada tempat untuk latihan tes praktek SIM. Zonk.
Akhirnya balik lagi ke polantas. Pas nyampai disana pas kebagian udah mau mulai tesnya. Karena memang udah gugup. Akhirnya sama di angka 8 aku gugur lagi

Tanggal 19
Pas latihan, lancar jaya sentosa, tapi pas ujian malah nervous. Alhasil gagal lagi dan gagalnya di tempat yang sama, yakni di angka 8.

Tanggal 26
Pas latihan sudah lancar, tapi pas ujian ehh malah nyenggol. Ceritanya pas putaran pertama angka 8, saking nervousnya, untuk jaga keseimbangan kakiku spontan menahan dan menginjak lantai. Pas putaran kedua, hampir berhasil, tinggal keluar dari angka 8, ehh malah bagian belakang motor nyenggol patok dan patoknya jatuh, sial.
Niatnya mau ngelobi ke pak polisi, minta diberi kesempatan tambahan untuk ngulan ujian prakteknya. Dibela-belain nunggu sampai siang hari, ehh malah sama pak polisinya gak dibolehin. Tapi setelah merengek rengek manja, akhirnya diberi izin untuk ngurus SIMnya besok (padahal menurut jadwal harusnya kamis depan lagi)

Tanggal 27.
Kirain langsung diizinkan tes praktek, ehh ternyata juga disuruh ngulang dari awal lagi (karena memang tanggal 26 kemarin itu kesempatan terakhirku di periode kedua). Akhirnya aku ngurus lagi pendaftaran, tes teori lagi (kali ini nilaiku 90), dan baru tes praktek. Alhamdulillah semuanya goal. Tes praktek sekali jalan langsung berhasil.
Pas ambil berkas, untuk ngurus pencetakan SIM, sama pak polisinya  di senyumin sambil bilang, “tuh bisa kan?”
Duhh pak polisi yang satu ini gemesin banget (haha karena pak polisinya masih muda wwkwkw)

Comments

Mau baca yang ini gak?