Revolusi 2017
#ini tulisan awal januari kemarin, tapi baru bisa posting sekarang
Sebenarnya aku punya cita cita yang super big di tahun 2017
ini, yakni mulai tanggal 2 ini, aku ingin, bisa bangun pagi karena harus segera
berangkat kerja. Namun rasa-rasanya mimpi itu masih harus kusimpan dulu, karena
hingga detik ini belum ada yang menghubungiku untuk masuk kerja besok. Rasanya
mengenaskan, liburan tapi jadi pengangguran selama 3 bulan, itu waktu yang udah
mampu bikin (ibarat mayat) membusuk.
Kalau kemarin tanggal 30 ada saudara yang dapat panggilan
wawancara dan disuruh balik tanggal 2 besok sekalian ngajak aku untuk wawancara
juga. Kenapa kubilang ngajak? Yah ini adalah pengalaman ter-mainstream ala aku
karena dapat panggilan wawancara bukan dari hrd-nya langsung melainkan
dititipin lewat saudaraku. Anehnya hrd-nya bilang kalau ia lupa untuk meng-sms
aku. Bodoh amat lah. Karena aku lagi benar-benar butuh kerjaan, jadi meski
panggilan wawancaranya dititipin insyaAllah besok aku akan tetap datang. Dan
aku berharap semoga ini bisa menjadi jalan rezekiku. Aamiin ya Allah
Yang jelas, jadi pengangguran itu super gak enak karena
pasti (nggak bisa dihindarin kalau kita hidup di desa yakni) jadi bahan
pergunjingan tetangga, itu resiko yang mau tak mau harus kita terima. Dan lihatlah
cara mereka menyindir. Ijazah s1, kuliah tinggi tinggi, ternyata sama aja ,
juga jadi pengangguran, duh kalau dengar kata kata itu rasanya ingin kutatap
wajah orang tersebut sambil kukatakan, f**k. tapi sadar kalau berkata fasik
dalam agama itu dilarang, sehingga mungkin kata kata yang bakal dari mulutku
ialah “lanjutkan saja pergunjinganmu itu, aku akan tegar seperti kafilah yang
berjalan dan berlalu didepan anjing yang menggonggong”. Kece, kan?
Lebih dari itu kasih sayang orang tua bakalan berangsur
angsur memudar dan berubah jadi benci. Pepatah yang mengatakan kasih sayang
orang tua sepanjang masa, itu hanyalah pepatah bohongan, coba saja kalau kamu
kelamaan jadi penganguran. Lo bakalan disuruh-suruh (disuruh inilah-disuruh
itulah), lo gak bakalan ditanyain dan ditawarin lagi, mau dimasakin apa?
Syukur-syukur kalau mereka diam aja, terkadang mereka dengan
tega berucap “udahlah makan apa adanya itu, jangan cerewet!” saat kita melihat
lauk dari hari ke hari makin mengenaskan dilihat dari nilai gizi maupun
rasanya.Satu lagi, mereka juga gak bakal nyuruh kita makan. Lo makan
ya disitu, lo gak makan ya bodoh amat.
Mengenaskan banget, kan?
Big hope, semoga lamaran yang udah kusebar beberapa waktu
lalu, segera mendapat respon sehingga aku bisa mulai kerja, dan satu lagi di
hari sabtu dan minggu aku bisa bisa ngajar di MA. Aamiin.
Comments
Post a Comment