Tanggal 3 januari,


Hari ini balik lagi jadi pengangguran. Bukan karena aku gagal atau tak lolos tes kerja yang kemarin, namun karena orang tua tak merestui, maka ya sudahlah harus menjadi pengangguran lagi dengan legowo.

Detail rincian pekerjaannya ialah survey LPG (kayak tanya di rumah pakai LPG yang ukuran 3 kg atau yang 12 kg, jumlah LPG yang dipakai berapa, dsb), memberi penyuluhan tentang perawatan kompor, tabung LPG, selang, dan juga regulator, dan terakhir (yang sekaligus menjadi inti pekerjaan yakni promosi regulator)

Menurutku sebenarnya asyik juga sih pekerjaannya, karena setidaknya tetap ada ilmu yang bisa saya pelajari, seperti ilmu tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain (yang setiap orang dari mereka punya sejuta kharakter), ilmu tentang perawatan kompor, tabung LPG, selang, dan regulator. Pun termasuk ilmu tentang cara servisnya. Satu lagi, juga tentang ilmu cara berjualan.
Tidak hanya ilmu sebenarnya, karena dari situ saya juga akan punya banyak teman sekaligus bisa menambah wawasan karena bisa sharing dengan mereka. Tahu sendiri kan? Bahwasanya setiap orang yang baru kita kenal itu mengandung ilmu baru yang unik lagi menarik untuk dipelajari. Hehe

Mengenai tes kerjanya yang kemarin aku lakukan itu ialah tes observasi. Menyebalkannya karena saudaraku (orang yang dititipi pihak Hrd untuk memberitahukan ke aku bahwasanya aku juga dipanggil untuk menjalani tes kerja selanjutnya) salah menginfokan karena dia memberitahukan kalau tanggal 2 kemarin katanya bakal ada tes IQ dan kami disuruh bawa alat tulis sendiri. Hmmm makanya kami bela-belain keluar uang sebesar Rp 4.000,00 untuk beli alat tulis baru. Dan ternyata, sesampainya disana, bukan tes IQ namun tes observasi lapangan. Duhh ini mah jauh banget dari IQ ke observasi. Sumpah, aku betek banget. Sia-sia saja uangku Rp 4.000,00 untuk beli alat tulis tadi. Hmm bagaimana bagaimanapun uang Rp 4.000,00 itu sangat berharga bagiku mengingat kondisiku sekarang yang kankernya (kantong kering) tingkat kronis lagi kritis.

Berhenti dari kesebelanku. Selanjutnya kami dijelaskan bahwa setiap dari kami akan didampingi oleh seorang supervisor untuk menjalani tes observasi ini. Kami diberi izin untuk bertanya apapun pada supervisor tersebut (Note: tentunya dalam ranah kerja loh ya! Kehidupan pribadi tak termasuk didalamnya). Tahu nggak siapa yang mendampingiku sebagai supervisor? Dia tak lain dan tak bukan yah si Hrd itu lagi.Sementara saudaraku beserta supervisornya sudah berangkat ke lapangan. Aku masih duduk di kantor tersebut karena si bapak Hrd masih wira-wiri gak jelas.
Pas mau berangkat ditanyain,
“udah makan?”
Kujawab “sudah”
“Kalau makan lagi, mau?”
Kujawab “tidak pak, saya lagi hemat”
Selanjutnya kami otw ke lokasi observasi. Di tengah-tengah perjalanan, si bapak nanya lagi “suka ngopi?”
Kujawab “suka kalau dibuatin, tapi kalau kopi buatan sendiri, aku gak doyan”
Ehhh.. kalian tahu, setelah itu aku dibawa kemana? Aku diajak mampir ke warung kopi.
Katanya “kita ngopi dulu”
Glekk.. aku jadi mikin berjuta-juta kali, ini beneran kerja atau main-main saja???! Disitu aku ditraktir susu coklat hangat. Aku tidak mau minum kopi makanya aku pesen susu coklat hangat saja. Lumayan dapat barang gratisan. hihi.Dan tahu sendiri kan? kalau orang ngopi itu pasti lama banget. Sekitar jam 10-an kami baru keluar dari warung kopi tersebut. 

Yang aneh banget, aku diajak muter jalan dan itu jauh pake banget. Padahal ya padahal, sebenarnya dari warung kopi tersebut ada jalan yang lebih dekat menuju ke lokasi observasi. Menyebalkan banget, kan? Untungnya kami tidak berdua saja, melainkan ada teman-teman yang lain. Coba kalau berdua saja, mungkin udah kujitak saja, dan aku minta turun disitu dan langsung balik pulang.
Hela nafas, sabar-sabar. Kupikir tes observasinya bakal mengunjungi tempat produksinya gitu, ehh ternyata kami berhenti di sebuah rumah yang amat besar dan mewah, kayak yang di TV-TV  gitu.
Sesampainya disana ternyata kami diminta untuk memperbaiki alat penghangat air (aku lupa nama inggrisnya apa). Dari lihat proses servis alatnya aku jadi tahu proses kerja alat tersebut, yakni air dipompa masuk kedalam alat, selanjutnya air tersebut dipanaskan dengan api yang berasal dari LPG, setelah air tersebut panas selanjutnya dikeluarkan lagi dan selanjutnya siap digunakan untuk mandi ataupun lainnya.

Next, setelah dari rumah si Bapak kaya. Kami ishoma (Ehh tapi kami gak makan, cuma istirahat dan sholat dhuhur) sebentar sambil berteduh karena gerimis. 

Selanjutnya bagian ini nih yang uji nyali. Pasalnya kita harus door to door. Tahu sendiri kan? Kalau kebanyakan orang pada alergi (takut terhipnotis dengan barang yang dijual sama mbk/mas salesnya hihi) sama sales yang kayak ginian. 

Ku-skip saja ya karena lagi badmood cerita panjang kali lebar. Intinya selain jualan kita juga mengedukasi ke masyarakat tersebut tentang perawatan kompor. Ini nih kubagi bocorannya. (lakukan prosedur ini untuk perawatan kompor, misal sebulan sekali)
  • Bagian tombol kompor dibuka untuk dibersihkan agar jika digunakan untuk menyalakan kompor selalu mudah.
  • Selang LPG dilap dengan air hangat. Tujuannya agar kelenturan selang tetap terjaga sehingga aliran gasnya baik.
  • Bagian klem besi yang ada di selang dilumuri minyak agar tidak mudah karatan
  • Pada bagian atas regulator jangan ditindihi barang apapun karena bisa menyebabkan semacam jarum dibagian bawah regulator menjadi tumpul kedalam.
  • Sebaiknya pada malam hari atau saat akan bepergian jauh regulator dilepas karena sebenarnya pada regulator yang terpasang maka gasnya akan terus keluar meskipun kompor tidak dinyalakan.
  • Berkenaan dengan tabung LPG, kalau membeli tabung LPG pilihlah yang kodenya minimal tahun 2017
  • Oiya hati hati karena terkadang pada tabung LPG ada tembahan besi pada bagian dekat pegangannya karena bisa jadi mungkin itu ulah kenakalan agen
Sudah itu saja ya tipsnya!

Lah ini ceritanya pas pulang balik ke kantor. Entah bapaknya yang lapar atau memang beliau yang terlalu baik, beliau ngajak makan. Dan Aku menolak ajakan makan tersebut karena aku ingin cepat balik ke kantor. Tapi si bapak ngeyel.
“Doyan gadho-gadho?”
Kujawab “iya pak, tapi gak begitu suka”
“Ya gak papa, yang penting doyan, kan?”
Kujawab “Hmm iya pak”
“Ya sudah, kita mampir makan dulu”
Kubalas “Nggak pak kita balik ke kantor saja”
“Lah tadi kan sudah kuomongi di awal, kalau pulangnya ini sekitar jam 3, bisa kurang ataupun lebih”
Kubalas lagi “Tapi kan, bapak barusan tadi kan juga ngomong kalau jam 3 kita balik ke kantor”
“Memang kamu gak lapar?”
Kujawab “Nggak pak”
“Yakin?”
“Iya pak, saya makan di rumah saja”
Setelah itu akhirnya bapaknya setuju juga untuk pulang. Sisa perjalanan kami terdiam. Si bapak sudah tidak mau basa-basi lagi untuk ngomong apa atau apalah gitu. Terlihat sangat jelas kalau si Bapak sedang ngambek gara-gara aku maksa ngajak balik ke kantor dan gak mau diajak makan dulu. Dan sebegitunya sampai di kantor, Si bapak tetep gak mau ngomong. Aku dianggurin, nggak disuruh masuk, nggak disuruh duduk, dan nggak diajak ngomong.

Ampun deh.. serem banget kalau lihat cowok ngambek kayak gitu. Aku jadi bersyukur banget karena selama ini belum pernah pacaran sehingga saya tidak pernah rempong dan risih dengan ngambek-an ala cowok 

Dulu, kalau lagi bertengkar dengan teman cowok, kalau si cowok tersebut ngambek gara-gara kalah berdebat dengan aku, aku mah bodoh amat. Dia mau ngambek tingkat dewa juga up to him. Palingan kalau aku ingat dan lagi good mood aku bakal minta maaf, kalau gak ingat, yah sudahlah dan biarlah.
Parahnya, meski dia (temen cowok tsb) masih ngambek, kalau aku tiba-tiba butuh bantuannya, maka saat itu aku juga tak segan-segan ataupun sungkan untuk minta bantuannya. Dan biasanya gini nih, dia (temen cowok tsb) langsung ngerasa berjaya lagi, mungkin pikirnya
“tuhhhh kan!! Loh tuh gak usah gaya, sok menang dihadapan gue. Padahal aslinya loh tu cemen, gak bisa ngelakuin pekerjaan x tanpa bantuanku” 
Ahahaha bodoh amat

Comments

Mau baca yang ini gak?